Taman Wisata Alam (TWA) Batuangus berdasarkan posisi strategis dalam lingkup wilayah Provinsi Sulawesi Utara berada di wilayah Kota Bitung. Jarak Kota Bitung dari Kota Manado adalah ± 45,0 Km atau sekitar 1,5 jam perjalanan darat ke arah timur, sedangkan jarak ke lokasi TWA sekitar 75 Km (± 2,5 jam) dari Kota Manado. Dalam lingkup wilayah Kota Bitung, maka posisi TWA Batuangus berada di wilayah Kecamatan Aertembaga. Lokasi TWA Batuangus secara geografis wilayah Kota Bitung berada pada bagian timur Kota Bitung yang berada di kawasan pesisir pantai Selat Lembeh, sehingga pencapaian atau akses ke lokasi TWA hanya bisa melalui Kota Bitung.
Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Batuangus adalah salah satu wilayah yang telah
ditetapkan pada zaman kolonial belanda, dimana pertama kali ditetapkan berdasarkan
keputusan Gubernur Jenderal Hindia Timur, atau jauh sebelum Indonesia merdeka sebagai
Monumen Alam (Natuurmonumenten) dalam hal ini Kawasan Hutan, TWA Batuangus sendiri
pertama kali dietetapkan pada tahun 1919 merujuk dokumen Staatsblad Van Nederlansch-Indie
1919, no. 90 Natuurmonumenten. Aanwijzing van Terrei Nen Als Natuurmonumenten,
dokumen ini adalah semacam Surat Keputusan dari Pemerintah Hindia Belanda yang dalam
isinya menunjuk Kawasan Gunung Tangkoko Batu Angus sebagai Kawasan Hutan. Dalam
dokumen tersebut juga disebutkan Kawasan Lorenz, Gunung Lokon Dan Lainnya Sebagai
Natuurmonumenten yang berarti Situs Alam Atau Kawasan Hutan. Setelah penetapan tersebut,
kawasan Twa Batuangus Yang merupakan bagian dari Kelompok Hutan kawasan CA. duasudara
beberapa kali diterbitkan SK baru, yakni pada tahun 1978, 1981, 2014, dan terakhir pada tahun
2016 pada SK 748 yang menetapkan Kawasan CA. Tangkoko Sebagai unit pengelolaan tingkat
tapak yang disebut Kesatuan Pengelolaan Hutan konservasi (KPHK) Tangkoko, yang membagi
kawasan CA. Tangkoko menjadi, Cagar Alam seluas 7.427 ha, kawasan TWA. Batuangus seluas,
649ha serta kawasan Batuangus seluas 649 ha.
Batuangus memiliki banyak sejarah panjang yang menarik diantaranya adalah fakta
bahwa tempat ini pada masa lampau pernah disinggahi oleh peneliti lingkungan yang sangat
terkenal yaitu Alfred Russel Wallace dengan Garis Wallace-nya dan Pembagian Zona Fauna di
Indonesia. Garis Wallace atau garis imajiner merupakan salah satu penemuan Wallace yang
paling penting bagi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan mengenai kekayaan spesies di
wilayah Indonesia. Garis Wallace atau garis imajiner ditarik oleh Alfred Russel Wallace pada
tahun 1863 mulai dari sebelah Timur Filipina, melalui Selat Makassar, sampai ke perairan Bali
dan Lombok.
Selain sejarah panjangnya yang menarik kawasan Batuangus memiliki 2 spot utama
didalam kawasannya, yang pertama merupakan padang batu yang cukup luas, yang merupakan
ciri khas TWA. Batuangus, di lokasi ini akan disajikan dengan panorama batuan lava yang khas
yang menghapar luas dan indah sekaligus dapat melihat perpaduan panorama alam berupa
hamparan hutan, padang semak dan pantai yang menambah nuansa khas yang dapat dinikmati
pada sekeliling padang batu angus ini, Spot berikutnya merupakan pantai yang kelilingi tebing-
tebing yang menghalau obak dari laut membentuk hall, sehingga air pada areal ini akan tetap
tenang sepanjang tahun, selain pemdangan tebing dan pulau yang indah, pemdangan bawah
lautnya juga tak kalah indahnya, berbagai jenis tanaman laut, karang dan ikan akan sangat
mudah di jumpai pada lokasi ini.
Selain keindahan alamnya TWA. Batuangus juga merupakan habitat alami bagi berbagai
satwa dan tumbuhan tyang diantaranya Langkah dan Endemik, Sejauh ini telah teridentifikasi
26 jenis mamalia dengan 10 jenis endemik Sulawesi, 180 jenis burung dengan 59 endemik
Sulawesi dan 5 diantaranya bahkan endemik Sulut dan 15 jenis reptil serta amfibi hidup di
Cagar Alam Tangkoko-Batuangus. Selain satwa, beberapa pohon dan tanaman pionir seperti
sirih hutan, kayu bunga dan binunga juga banyak ditemukan di sini. Adapun jenis-jenis fauna
endemik yang ada di kawasan TWA adalah sebagai berikut:
Mahang (Macaranga sp);
Tangkasi (Tarsius tarsier);
Rusa (Rusa timorensis);
Yaki (Macaca nigra);
Kus-kus (Phalanger ursinus);
Raja Udang (Tlelovon chotis);
Berbagai jenis ikan hias dan bunga-bunga karang.
Sedangkan untuk jenis-jenis flora endemik yang ada dan tumbuh di kawasan Batuangus adalah:
Putat Laut (Baringtonia sp);
Pandan (Pandanus sp);
Bugis;